1 Teori
dan Arti Penting Kepemimpinan
Menurut Joseph C. Rost.,1993,
kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin
dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan
tujuan bersamanya. Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam,
yang terjadi di antara orang-orang yang menginginkan perubahan signifikan dan
perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan
pengikutnya (bawahan). Sedangkan menurut Watkins (1992), kepemimpinan berkaitan
dengan anggota yang memiliki kkhasan dari suatu kelompok yang dapat dibedakan
secara positif dari anggota lainnya baik dalam perilaku, karakteristik pribadi,
pemikiran, atau struktur kelompok. Berdasarkan pengertian tersebut maka teori
kepemimpinan pada dasarnya merupakan kajian tentang individu yang memiliki
karakteristik fisik, mental, dan kedudukan yang dipandang lebih daripada
individu lain dalam suatu kelompok sehingga individu yang bersangkutan dapat
mempengaruhi individu lain dalam
kelompok tersebut untuk bertindak ke arah pencapaian suatu tujuan. Selain itu
teori tentang kepemimpinan dapat juga dijabarkan sebagai beikut :
·
Teori orang-orang terkemuka
Bernard,
Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan
sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.
·
Teori lingkungan
Mumtord,
menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang
memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan
dan adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam
dari individu melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa. Kepemimpinan
dipandang sangat penting karena dua hal: pertama, adanya kenyataan bahwa
penggantian pemimpin seringkali mengubah kinerja suatu unit, instansi atau
organisasi; kedua, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa salah satu faktor
internal yang mempengaruhi keberhasilan organisasi adalah kepemimpinan,
mencakup proses kepemimpinan pada setiap jenjang organisasi, kompetensi dan
tindakan pemimpin yang bersangkutan (Yukl, 1989).
·
Teori personal situasional
Case
(1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor, yaitu
sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta peristiwa
yang diharapkan kepada kelompok.
·
Teori interaksi harapan
Homan
(1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok maka
aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak anggota kelompok yang berhasil
diajak berinteraksi.
·
Teori humanistik
Likert
(1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses yang saling berhubungan
dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-harapan, nilai-nilai
dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang
berlangsung.
·
Teori pertukaran
Blau
(1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati status yang
cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan
kehilangan kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan
segala kewajibannya.
Kepemimpinan
dipandang sangat penting karena dua hal: pertama, adanya kenyataan bahwa
penggantian pemimpin seringkali mengubah kinerja suatu unit, instansi atau
organisasi; kedua, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa salah satu faktor
internal yang mempengaruhi keberhasilan organisasi adalah kepemimpinan,
mencakup proses kepemimpinan pada setiap jenjang organisasi, kompetensi dan
tindakan pemimpin yang bersangkutan (Yukl, 1989).
2 Tipologi Kepemimpinan
Tipologi
Kepemimpinan secara garis besar terbagi menjadi 5 tipe antara lain :
1.
Tipe Otokratis.
Seorang
pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai
berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata;
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya; Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2.
Tipe Militeristis.
Perlu
diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe
militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki
sifat-sifat berikut :
· Dalam menggerakan bawahan sistem
perintah yang lebih sering dipergunakan;
· Dalam menggerakkan bawahan senang
bergantung kepada pangkat dan jabatannya; Senang pada formalitas yang
berlebih-lebihan;
· Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku
dari bawahan;
· Sukar menerima kritikan dari bawahannya;
Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3.
Tipe Paternalistis.
Seorang
pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang
memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya; dan sering bersikap maha tahu.
4. Tipe
Kharismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum
berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki kharisma.
Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat
besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat
besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa
mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
5. Tipe
Demokratis.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe
pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini
terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
· Dalam proses penggerakan bawahan selalu
bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di
dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi
dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima
saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya;
·
Selalu berusaha mengutamakan kerjasama
dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan;
· Ikhlas memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian
diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi
lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain;
·
Selalu berusaha untuk menjadikan
bawahannya lebih sukses daripadanya;
·
Dan berusaha mengembangkan kapasitas
diri pribadinya sebagai pemimpin.
Secara
implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal
yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal,
alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang
demokratis.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KepemimpinanHasil
studi Tannenbaum dan Schmid sebagaimana dikutip Kadarman, et.al.(1996)
menunjukkan bahwa gaya dan efektifitas gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh :
1.
Diri Pemimpin.
Kepribadian,
pengalaman masa lampau, latar belakang dan harapan pemimpin sangat mempengaruhi
efektifitas kepemimpinan disamping mempengaruhi gaya kepemimpinan yang
dipilihnya.
2.
Ciri Atasan.
Gaya
kepemimpinan atasan sangat mempengaruhi orientasi kepemimpinan manajer.
3.
Ciri Bawahan.
Respon
yang diberikan oleh bawahan akan menentukan efektivitas kepemimpinan. Latar
belakang pendidikan bawahan sangat menentukan pula cara pemimpin menentukan
gaya kepemimpinannya.
4.
Persyaratan Tugas.
Tuntutan
tanggung jawab pekerjaan bawahan akan mempengaruhi gaya kepemimpinan.
5.
Iklim Organisasi dan Kebijakan.
Ini
akan mempengaruhi harapan dan prilaku anggota kelompok serta gaya kepemimpinan
yang dipilih oleh seorang pemimpin.
6.
Perilaku dan Harapan Rekan.
Rekan
merupakan kelompok acuan yang penting. Segala pendapat yang diberikan oleh
rekan-rekan sangat mempengaruhi efektivitas hasil kerja pemimpin.
Implikasi Manajerial Kepemimpinan
dalam Organisasi
Setiap orang mempunyai pengaruh atas pihak
lain, dengan latihan dan peningkatan pengetahuan oleh pihak maka pengaruh
tersebut akan bertambah dan berkembang. Kepemimpinan membutuhkan penggunaan
kemampuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan dalam wujudkan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan lebih dahulu. Dewasa ini kebanyakan para ahli
beranggapan bahwa setiap orang dapat mengembangkan bakat kepemimpinannya dalam
tingkat tertentu. Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang,
baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan dipimpin
dari bukan dengan jalan menyuruh atau mondorong dari belakang. Masalah yang
selalu terdapat dalam membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan yang
melembaga antara pemimpin dengan yang dipimpin menurut rules of the game yang
telah disepakati bersama.
Seorang
pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari bawahannya tersebut
melayani dia. Pemimpin memadukan kebutuhan dari bawahannya dengan kebutuhan
organisasi dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhannya. Dari batasan
kepemimpinan sebagaimana telah disebutkan di atas seorang dikatakan pemimpin
apabila dia mernpunyai pengikut atau bawahan. Bawahan ini dapat disuruh untuk
mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dalam organisasi pemimpin dibagi
dalam tiga tingkatan yang tergabung dalam kelompok anggota-anggota manajemen
(manajement members). Ketiga tingkatan tersebut adalah :
a.
Manager puncak (Top Manager)
b.
Manajer menengah (Middle manager)
c.
Manajer bawahan (Lower managor/suvervisor)
Seorang
pemimpin mempunyai baik ketrampilan manajemen (managerial skill) maupun
keterampilan tekhnis (technical skill). Semakin rendah kedudukan seorang teknis
pemimpin dalam organisasi maka keterampilan lebih menonjol dibandingkan dengan
keterampilan manajemen. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang bersifat
operasional. Bertambah tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka
semakin menonjol keterampilan manajemen dan aktivitas yang dijalankan adalah
aktivitas bersifat konsepsional. Dengan perkataan lain semakin tinggi kedudukan
seorang pamimpin dalam organisasi maka semakin dituntut dari padanya kemampuan
berfikir secara konsepsional strategis dan makro. Di samping itu perlu
dikemukakan bahwa semakin tinggi kedudukan
seseorang
dalam organisasi maka ia semakin genoralist, sedang semakin rendah kedudukan
seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist. Dari uraian di atas
jelaslah bahwa lebih mudah mengukur produktivitas pemimpin yang lebih rendah.
Referensi :
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194505031971091-MUHAMMAD_KOSIM_SIRODJUDIN/DEFINISI_DAN_TEORI_KEPEMIMPINANx.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/C%202011-13%20Teori%20Kepemimpinan.pdf
http://juliwi.com/published/E0101/Paper0101_46-52.pdf
http://eprints.upnjatim.ac.id/2539/5/Kepemimpinani_Baru.pdf
https://www.academia.edu/4984126/Analisis_ANALISIS_PENGARUH_GAYA_KEPEMIMPINAN_MOTIVASI_DAN_LINGKUNGAN_KERJA_TERHADAP_KINERJA_PEGAWAI
http://arrosyadfikri.blogspot.com/2010/12/faktor-yang-mempengaruhi-gaya.html
0 komentar:
Posting Komentar