Senin, 13 Januari 2014

Dinamika Konflik Dalam Organisasi

Kasus : Rumah Sakit Kolombo

Bapak Subaki, pensiunan dokter ahli sekarang adalah Direktur Utama Rumah Sakit Kolombo. Kolombo merupakan rumah sakit umum yang mepunyai 200 tempat  tidur dan melayani suatu daerah  yang berpenduduk sekitar  50.000 orang. Subaki baru saja memulai pertemuan dengan administrator rumah sakit, Asmuni. Tujuan pertemuan adalah untuk mencari penyelesaian yang dapat diterima oleh semua pihak tentang masalah konflik wewenang antara saudara Rinto dan Kepala Bagian Operasi , dr. Hastomo.
Masalah yang dipersoalkan dr.Hastomo menyangkut penjelia (supervisor) ruang operasi, Rinto Panggabean. Dimana Rinto membuat skedul kegiatan operasi rumah sakit sesuai dengan kebijaksanaan yang dia “percaya” telah digariskan oleh administrator rumah sakit. Para ahli bedah jengkel terhadap sikap Rinto yang membuat skedul pelaksanaan operasi yang sering tidak memungkinkan untuk diselesaikan waktu yang cukup dengan prosedur pembedahaan dengan cara para ahli bedah tersebut  yang mereka pikir perlu dilakukan. Scheduling seperti ini, menurut para staf pembedahan mengakibatkan penanganan pasien dengan kualitas rendah. Para ahli mengeluhkan karena Rinto pilih kasih dalam schedulingnya yang mengizinkan beberapa dokter menggunakan lebih lama ruang operasi daripada yang lain.

Situasi mencapai kritis ketika dr. Hastomo memecat Rinto. Rinto kemudian mengajukan banding kepada administrator rumah sakit yang sebaliknya member informasi kepada dr.Hastomo bahwa pemecatan para perawat adalah haki administratif sehingga dr.Hastomo tidak mempunyai wewenang untuk memecat Rinto. Dr. Hastomo menegaskan bahwa dia mempunyai wewenang terhadap segala masalah yang mempengaruhi praktik medis dan perawtan pasien secara baik dalam rumah sakit. Dia menyatakan hal itu merupakan masalah medis dan mengancam untuk menyerahkannya kepada dewan direktur rumah sakit.
Setelah pertemuan antara Subaki dan Asmuni mulai, Asmuni menjelaskan posisinya pada masalah yang terjadi.  Dia menekankan bahwa seorang administrator rumah sakit secara legal bertanggung jawab atas pasien dalam rumah sakit. Dia juga berpendapat bahwa kualitas penanganan pasien tidak dapat dicapai tanpa direktur memberikan wewenang kepada administrator untuk membuat keputusan-keputusan, mengembangkan, program-program , merumuskan kebijaksanaan - kebijaksanaan , dan mengimplementasikan prosedur – prosedur. Selama mendengarkan Asmuni, Subaki menempatkan dirinya pada posisi dr.Hastomo  yang berlawanan yang berpendapat bahwa para dokter bedah dan medis memegang hak-hak istimewa staf dan tidak akan pernah membiarkan seorang “awam” untuk membuat keputusan mengenai praktik medis. Dr. Hastomo juga telah mengatakan bahwa Asmuni harus diberitahu untuk membatasi kegiatannya pada pembelanjaan, pencarian dana, pemeliharaan, pengelolaan rumah tangga, masalah administratif bukan masalah medis. Dr. Hastomo juga minta kepada Subaki umtuk memperjelas dengan suatu cara definitif garis-garis wewenang rumah sakit. Setelah Subaki mengakhiri pertemuannya dengan Asmuni kepelikan masalah telah jelas baginya, tetapi penyelesaiannya masih belum jelas Subaki tahu bahwa perlu dibuat suatu keputusan dan segera.


Pertanyaan kasus :

1. Mengapa saudara berpendapat bahwa konflik telah berkembang dirumah sakit kolombo?   Saya berpendapat konflik yang terjadi dirumah sakit kolombo telah berkembang karena yang awalnya hanya konflik antara Rinto dan Dr. Hastomo semakin meluas karena para ahli bedah juga ikut mengeluh akibat scheduling yang tidak sesuai dengan prosedur yang mereka pahami, Scheduling yang dibuat oleh Rinto  menurut para staf pembedahan mengakibatkan penanganan pasien dengan kualitas rendah. Para ahli mengeluhkan karena Rinto pilih kasih dalam schedulingnya yang mengizinkan beberapa dokter menggunakan lebih lama ruang operasi daripada yang lain. Dan konflik ini sangat kritis karena sudah menyangkut penanganan pasien juga melibatkan para petinggi di rumah sakit kolombo.

2. Apakah penetapan garis-garis wewenang secara jelas akan memecahkan semua masalah-masalah yang digambarkan dalam kasus? Mengapa atau tidak? Sangat bisa memecahkan masalah karena wewenang yang jelas itu bisa mengendalikan keadaan pada saat ada masalah atau konflik terjadi dan bisa mencegah akan terjadinya penyimpangan terhadap wewenang yang diberikan.


3. Apa yang harus dilakukan Bapak Subaki? Harus melakukan rapat yang harus dihadiri semua petinggi rumah sakit kolombo dan memanggil pihak - pihak terkait yang sedang konflik agar mencari solusi yang terbaik untuk semua pihak dan tidak merugikan penanganan terhadap pasien. 

Kepemimpinan

Definisi kepemimpinan

Stogdill 1974 menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama.

Joseph C. Rost 1993 kepemimpinan merupakan konsep yang berdasarkan pengalaman. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya.

Tipe – Tipe Kepemimpinan

1.Tipe Otokratis: tipe seorang pemimpin yang egois dan otoriter.
Ciri-cirinya antara lain:
a. Mengandalkan kepada kekuatan / kekuasaan
b. Menganggap dirinya paling berkuasa
c. Keras dalam mempertahankan prinsip
d. Jauh dari para bawahan
e. Perintah diberikan secara paksa

2. Tipe Laissez Faire : tipe seorang pemimpin yag berpandangan bahwa organisasinya akan berjalan dengan lancar karena anggotanya yang terdiri dari orang-orang yang dewasa yang sudah memiliki tujuan organisasi.
Ciri-cirinya antara lain :
a.Memberi kebebasan kepada para bawahan
b.Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan
c.Semua pekerjaab dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahan
d.Tidak mempunyai wibawa
e.Tidak ada koordinasi dan pengawasan yang baik

3. Tipe Paternalistik : tipe seorang pemimpin yang hanya terdapat di lingkungan tradisional. Contohnya: tokoh adat,ulama,atau para guru.
Ciri-cirinya antara lain :
a.Pemimpin bertindak sebagai bapak
b.Memperlakukan bawahan sebagai orang yang belum dewasa
c.Selalu memberikan perlindungan
d.Keputusan ada ditangan pemimpin

4. Tipe Kepemimpinan : hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.
Ciri-cirinya antara lain :
a.Dalam komunikasi menggunakan saluran formal
b.Menggunakan sistem komanda/perintah
c.Segala sesuatu bersifat formal
d.Disiplin yang tinggi, kadang bersifat kaku

5. Tipe Demokratis : Tipe pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
Ciri- cirinya antara lain :
a.Berpatisipasi aktif dalam kegiatan organisasi
b.Bersifat terbuka
c.Bawahan diberi kesempatan untuk member saran dan ide – ide baru
d.Dalam pengambilan keputusan utamakan musyawarah untuk mufakat
e.Menghargai potensi individu

6. Tipe Open Leadership
Tipe ini hampir sama dengan tipe demokratis. Perbedaannya terletak dalam hal pengambilan keputusan. Dalam tipe ini keputusan ada ditangan pemimpin.

Teori-teori Kepemimpinan
Dibalik tipe-tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi, juga ada yang mengatakan teori-teori yang dilihat dati hasil survey yang dilakukan oleh orang-orang mempelajari kriteria-kriteria yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Dan diantaranya adalah:

1. Teori Genetis
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan " leaders are born and not made ".Penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan dilahirkan dengan bakat memimpin. Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia sebagai pemimpin.

2. Teori Sosial
Dalam teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born not made” , maka penganut sosial mengatakan kebalikan dari itu yaitu " Leaders are make not born". Penganut teori-teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan kesempatan untuk itu.

3. Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori genetis dan teori sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa seorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat itu kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam yang masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul menjadi pemimpin yang baik.

TEORI KEPEMIMPINAN KONTEMPORER
Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata merupakan suatu atribusi yang dibuat orang atau seorang pemimpin mengenai individu-individu lain yang menjadi bawahannya.
Beberapa teori atribusi yang hingga saat ini masih diakui oleh banyak orang yaitu:

Teori Penyimpulan Terkait (Correspondensi Inference), yakni perilaku orang lain merupakan sumber informasi yang kaya.

Teori sumber perhatian dalam kesadaran (Conscious Attentional Resources) bahwa proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamatan).

Teori atribusi internal dan eksternal dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980 yaitu teori yang berfokus pada akal sehat.